Menu

Mode Gelap
Mengetahui Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Kolom


H. Suraji : Refleksi Akhir Tahun Sebagai Muhasabah Diri

- berebeja.com
29 Des 2023 06:29 WIB


 Ilustrasi foto H. Suraji. credit redaksi. Perbesar

Ilustrasi foto H. Suraji. credit redaksi.

Dalam Al-Qur’an, tentang evaluasi perbuatan pada masa lalu merupakan perintah, ini juga banyak yang dipadukan dengan berbagai perintah untuk terus memperkuat diri dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt dalam rangka menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Di antaranya seperti disebutkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti  terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat di atas ingin mengeskan untuk mengingatkan kita agar senantiasa bertaqwa kepada Allah sekaligus terus melakukan evaluasi (muhasabah) atau introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan di masa lalu (pada tahun sebelumnya) dan mempersiapkan masa depan (di tahun berikutnya) agar perbuatan kita senantiasa lebih baik dari hari ini dan hari sebelumnya.

Menurut Ali Al-Shobuni dalam Tafsir Sofwah al-Tafasir Juz III halman 355, ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus takut kepada Allah dan harus merasa khawatir terhadap balasan dari-Nya (kelak di akhirat nanti) serta kita harus selalu menunaikan segala perintah Allah, dan senantiasa menjauhi berbagai larangan-Nya. Oleh sebab itu jiwa-jiwa manusia harus selalu muhasabah atau instrospeksi diri terhadap semua perbuatan baik yang telah mereka lakukan untuk bekal masa mendatang yaitu hari akhirat.

Langkah ini bisa menjadi eksistensi syukur kita atas karunia yang telah diberikan Allah kepada kita, karena kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia sampai dengan penghujung tahun 2023 ini dan jika ditakdirkan berjumpa pada tahun 2024.

Semoga nikmat Allah akan terus ditambahkan kepada kita berupa karunia dipanjangkan umur kita oleh Allah sehingga kita akan bisa terus beribadah dan berbuat baik dalam kehidupan di dunia yang fana ini.

Alangkah indah jika di penghujung tahun ini kita selalu ingat pada pesan Khalifah Umar bin Khatthab RA :

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا

Artinya: “Evaluasi lah dirimu dirimu sebelum kamu dievaluasi.”

Pesan Umar bin Khatab ini menarik mengapa harus menevaluasi diri lebih dini,  apa yang akan menguntungkan kita pada kehidupan kelak? Karena dengan mengevaluasi diri sendiri, kita akan mengenali kekurangan kita yang diharapkan dapat diperbaiki sesegera mungkin, setidaknya situasi ini jika dilakukan akan meminimalkan kesalahan kita, sehinga tanggung jawab dalam kehidupan kita di akhirat nanti menjadi sedikit ringan.

Jika kita mengenal perjalanan para nabi dan para sufi mereka selalu mengevaluasi di setiap saat bahkan terisak-isak tangisan dalam kesunyian diri mereka merindukan Tuhan dan mengingat semua perbutan dosa-dosa mereka.

Di dunia ini adalah dunia dimana kita berada sekarang, dunia mendatang (akhirat) adalah dimensi kita akan di sana setelah meninggalkan dunia sekarang. Diri sudut kita orang-orang yang beriman yang meyakini bahwa kubur yang merupakan masa antara kematian dan kebangkitan, merupakan wilayah perantara yang memiliki karakter dunia dan akhirat.

Al-Quran sering menyatakan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara seperti perumpamaan tentang dunia yang di jelaskan dalam surat Al-Kahfi  ayat 45 ini :

وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا كَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ فَاَصۡبَحَ هَشِيۡمًا تَذۡرُوۡهُ الرِّيٰحُ‌ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ مُّقۡتَدِرًا

“Dan buatkanlah untuk (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Imam Qusyariyah menafsirkan ayat tersebut sangat menarik; bahwa manusia yang menjadikan dunia dalam dirinya sebagai tempat ketengan kegembiran, tempat harapan dan ambisinya semua itu padahal menipunya. Iman Qusyairi melanjutkan bahwa dunia itu ibarat menyembunyikan minuman dalam gelas sperti isi jus melon dan madu padahal di dalamnya hanya fatamorgana, padahal di dalamnya hanya hawa nafsu, dunia itu seperti yang menjanjikan padahal tidak menjanjikan, musibah dunia itu seperti melipatkan kebaikan, nikmat dunia itu sekaligus diwarnai kutukannya,kesengsaraannya pun pasti ada hiburannya, penderitaan dunia itu pula adalah pemberiannya, niscaya orang yang sombong adalah orang yang tamak pada dunia, dan orang yang bodoh pasti adalah orang yang tertipu dunia. ( Kitab Tafsir Qusyairi Lathaif al-Isyarat Juz II. Hlm. 221).

Maka dengan demikian di penghujung tahun 2023 mari kita bersama kegiatan dunia kita dibarangi dengan muhasabah diri mengisi kegiatan-kegiatan dunia disertai dengan kegiatan ruhani agar semua yang kita lakukan di dunia ini mendapat kemaslahtan yang baik dan diridhai oleh Allah SWT serta menjadi bekal kebaikan kita di hari akhirat kelak, amiin. Wallu ‘alam.

Penulis : H. Suraji, Ketua Tanfidziah MWCNU Regol Kota Bandung.

Artikel ini telah dibaca 54 kali

Baca Lainnya

Merebut Suara NU di Pilwalkot Bandung 2024

3 Oktober 2024 - 05:30 WIB

Integritas Pebisnis

12 September 2024 - 07:07 WIB

Pentingnya Memakmurkan Masjid

6 September 2024 - 05:25 WIB

Menjadi Masyarakat Pengkritik dan Pengontrol Parlemen

8 Agustus 2024 - 13:49 WIB

Hijrah, Kritik Atas Doktrin Kelompok Jihadis dan Prinsip Kebebasan

8 Juli 2024 - 09:27 WIB

Menyambut Tahun Baru Islam dan Menafsirkan Kembali Semangat Hijrah Nabi

7 Juli 2024 - 07:23 WIB

Trending di Beja+