Menu

Mode Gelap
Mengetahui Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Beja+


Descartes Pemikir Bapak Filsafat Modern

- berebeja.com
2 Mar 2022 17:14 WIB


 René Descartes/ sumber foto. britannica.com Perbesar

René Descartes/ sumber foto. britannica.com

BANDUNG, berebeja.com – Runtuhnya abad kegelapan dan lembaga kepausan di tandai dengan munculnya periode baru pemikiran atau biasa di sebut sebagai abad pencerahan, berdasar  pada subjektifitas pemikiran manusia yang dengan ini melahirkan banyak perbedaan tentang pandangan dunia yang lebih baru di bandingkan dengan era otoritas gereja. Nuansa sejarah yang lazim di sebut “modern” menyisahkan sejarah dengan warisan kekayaan seperti menguatnya otoritas sains, filsafat dan logika, ilmu sosial dan politik disertai dengan hadirnya para filosof-filosof teoretis yang mendonorkan  nafas pemikiran sehingga menjadikannya lebih penting dalam sejarah masa lalu.

Renatus cartesius atau biasa di sapa descartes adalah sosok pemikir dengan pengakuan sejarah yang dikenal sebagai pionir dari abad pemikiran dengan memperkenalkan sistem filsafat yang baru. “Filsuf kecil” adalah sapaan dari sang ayah(joachim descartes) untuk descartes kecil, perjalanan akademik yang di tekuni di sekolah college royal de fleche, selama hidupnya sekolah ini banyak memberikan pengaruh ilmu pengetahuan kepada descartes sehingga dia memuji sekolah ini sebagai “sekolah yang paling baik di eropa” di sekolah ini descartes memperoleh berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, ilmu-ilmu alam, serta ilmu-ilmu humaniora. Dan Tentu asupan logika aristoteles banyak di mafhumi di sebabkan inti kurikulum dari sekolah tersebut berpusat pada logika aristoteles. dengan puncak pendidikan serta melihat kesalinghubungan antara sistem filsafat, logika, fisika kosmologi, metafisika, moral dan teologi. Implikasi di atas di ikat dengan kesatuan sistemik antar ilmu yang akan bernilai positif baginya dan pengutip pemikirannya.

Selain dari cogito ergo sum yang terkenal sebagai diktum descartes yang mendasarkan keraguan radikal sebagai prinsip filsafatnya, di jelaskan dalam buku yang di tulis oleh aquido adri & saiful hadi dengan judul menguak tabir pemikiran rasionalisme dan empirisme, dikatakan “pemahaman berpikir descartes bukanlah sebatas aktivitas yang terjadi dalam otak atau pikirannya. Jika di pahami dan diartikan dalam bahasa indonesia, cogito bisa berarti kesadaran atau tindakan menyadari. Jika di jabarkan menjadi, “saya menyadari karena itu saya ada. Konsep descartes terhadap pikiran atau cogito adalah segala sesuatu yang didasari dalam diri kita. Ia mengatakan, dengan kata pikiran memaksudkan segala sesuatu  yang disadari sedang terjadi dalam diri kita, sejauh kita menyadarinya. Semua yang termasuk cogito adalah segala aktivitas yang dimiliki atas kesadaran, seperti aktivitas membayangkan sesuatu, menginginkan dan juga indrawi. Dasar cogito yang harus di pahami adalah status kesadaran, dan bukan aktivitas melakukan sesuatu, tapi hanya menyadarinya, berarti aktivitas tersebut tidak termasuk cogito. Kebenaran yang pasti yaitu :  saya berpikir/menyadari, karena itu saya ada. Yang di maksud kesadaran oleh descartes adalah segala sesuatu yang disadari sedang terjadi dalam diri kita.” Uraian tersebut menunjukan model diktumnya “cogito ergo sum” bahwa pemikiran descartes sama sekali tidak memakai distingsi yang memberatkan keberadaan indrawi maupun akal, keduanya punya peran di masing-masing fakultas ilmu dan terjemahan yang berbeda  dalam  menyusun struktur argumentasi untuk meyakinkan ke orang-orang bahwa akal adalah pegangan yang kokoh dalam memberikan terjemahan dan pemahaman falsafah segala sesuatu.

Ide bawaan & substansi menurut descartes

 Dalam perjalanannya selain memperkenalkan cogito sebagai sebuah metode, descartes juga menyisahkan pesan tentang hakikat manusia dan kredo teologi yang termuat dalam pembahasan descartes. Dia berpendapat bahwa  manusia mengeksistensi dengan tiga ide bawaan.  pertama, ide pemikiran, yang menurutnya manusia adalah makhluk yang punya karakter free will dengan subjek yang sadar akan dirinya sebagai makhluk yang berpikir. Kadua, ide keluasan, dia menafsirkan bahwa ide banyak dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang menyebabkan terjadinya invasi pemikiran yang kaya akan pengetahuan tentang dunia. Dan itu mustahil di capai ketika pikiran manusia terbatas pada relasi internal maupun eksternal. Ketiga, ide tentang kesempurnaan yaitu ide tentang tuhan yang maha sempurna.

Descartes mencoba untuk meyakinkan bahwa ide tentang kesempurnaan pasti tidak pernah datang dari dirinya yang tidak sempurna, pembuktian ontologis ini mencoba untuk menggambarkan tuhan sebagai wujud sempurna. Konsep tuhan dalam hemat descartes yaitu sesuatu yang jelas dan terpilah-pilah. Konsep tuhan bagi manusia adalah sesuatu yang jelas sebagai tokoh yang tidak terbatas dan sempurna, seperti dalam diri kita sendiri yang merupakan makhluk terbatas , berarti ada sesuatu yang tidak terbatas , yaitu tuhan.

Setelah pengafirmasian descartes tentang tuhan yang maha sempurna dia juga memberikan penjabaran tentang “substansi” yang di maksudkan substansi adalah apa yang tidak bergantung pada siapapun atau memerlukan hal lain dalam geraknya. Maka substansi yang paling luhur adalah tuhan dengan atribut kesempurnaan dan eksistensi yang absolut. Akan tetapi ada hal yang menarik untuk kita ulas dalam pembahasan manusia dan substansi ala descartes, yaitu, dualisme cartesian, pandangan ini menganggap bahwa ada dua macam bahan lagi yang berbeda yakni dunia akal budi dan tubuh walaupun kedua jenis tersebut ada di karenakan hasil pertolongan dari tuhan, tapi hal tersebut eksis secara terpisah namun dalam kehidupan yang real keduanya bisa saja berhubungan dengan erat. Sehingga yang perlu kita sampaikan pada tahap penyelesaian adalah bagaimana keduanya dapat menjadi satu kesatuan yang saling menopang dan bagaimana memahami keselarasan jiwa dan tubuh sesuai dengan prinsip dasar ide bawaan dan substansi kehidupan. ***

Akmal Firmasyah (Muhammad Akmal Firmansyah, ( Pegiat LSIF, Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

 

 

 

 

 

Artikel ini telah dibaca 15 kali

Baca Lainnya

Merebut Suara NU di Pilwalkot Bandung 2024

3 Oktober 2024 - 05:30 WIB

Integritas Pebisnis

12 September 2024 - 07:07 WIB

Pentingnya Memakmurkan Masjid

6 September 2024 - 05:25 WIB

Menjadi Masyarakat Pengkritik dan Pengontrol Parlemen

8 Agustus 2024 - 13:49 WIB

Hijrah, Kritik Atas Doktrin Kelompok Jihadis dan Prinsip Kebebasan

8 Juli 2024 - 09:27 WIB

Menyambut Tahun Baru Islam dan Menafsirkan Kembali Semangat Hijrah Nabi

7 Juli 2024 - 07:23 WIB

Trending di Beja+