berebeja.com – OPEC+ memutuskan tetap berpegang pada target produksi minyaknya pada pertemuan pada hari Minggu (5/12) untuk menilai dampak perlambatan ekonomi China pada permintaan dan pembatasan harga G7 pada pasokan minyak Rusia.
Keputusan tersebut diambil dua hari setelah negara-negara G7 menyetujui batasan harga minyak Rusia.
OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, membuat marah Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya ketika setuju untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bpd), sekitar 2% produksi dunia. Washington menuduh kelompok itu dan salah satu pemimpinnya, Arab Saudi, berpihak pada Rusia meskipun ada perang Moskow di Ukraina.
OPEC+ mengaku memangkas produksi karena ekonomi melemah. Harga minyak telah menurun sejak Oktober karena pertumbuhan China dan global yang lebih lambat dan suku bunga yang lebih tinggi, mendorong spekulasi pasar bahwa kelompok tersebut dapat memangkas produksi lagi.
Kelompok produsen minyak memutuskan untuk mempertahankan kebijakan agar tidak berubah (5/12). Para menteri utama akan bertemu pada 1 Februari untuk komite pemantau sementara pertemuan penuh dijadwalkan pada 3-4 Juni. Negara-negara G7 dan Australia menyetujui batas harga $60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia sebagai langkah untuk menghilangkan pendapatan Presiden Vladimir Putin sambil menjaga agar minyak Rusia tetap mengalir ke pasar global.
Dilansir Reuters, Moskow mengatakan tidak akan menjual minyaknya di bawah batas dan sedang menganalisis bagaimana menanggapinya.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia lebih suka memangkas produksi daripada memasok minyak di bawah batas harga dan mengatakan batas tersebut dapat mempengaruhi produsen lain.***