Sebagai hamba Allah yang bersandar pada agama Islam kita diperintahkan untuk memakmurkan masjid dengan berbagai macam cara dan bentuknya. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-Taubah, 09:18)
Dari ayat di atas, bisa dipahami bahwa orang-orang yang akan memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhirat, menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan hanya takut kepada Allah, tidak takut kepada yang lainnya.
Maka dengan itu, jika melihat penafsiran dari seoarang mufasir bernama Ibnu Katsir dalam karyanya Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang memiliki hak otoritas untuk makmurkan masjid itu hanya orang-orang yang beriman kepada Allah, bukan orang-orang yang menyekutukan Allah, karena masjid itu dibangun atas nama Allah yang Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. ( Tafsir Ibnu Katsir. Jilid.4 : 260).
Ibnu Katsir ingin mengatakan; bahwa saksikanlah orang-orang yang memakmurkan Masjid Allah itu adalah orang-orang yang beriman, ia menyebut sebagaimana riwayat Imam Ahmad yang tentang Nabi Muhammad SAW: “Bila ada seorang laki-laki yang mundar-mandir datang ke Masjid (memakmurkan), maka sakasikan dia adalah orang yang beriman kepada Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir. Jilid.4 : 2600).
Lebih jauh bagi seorang muslim yang membangun masjid di dunia. Maka dalam sabda Nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid (di dunia), maka Allah akan membangunkan baginya yang semisalnya di surga.” (HR. Al Bukhari no 450, Muslim no 533).
Dalam hadits lainnya diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah bersabda ;
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ ، أوْ أَصْغَرَ ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena (semata-mata mengharap ridha) Allah, baik masjid tersebut sebesar sarang burung atau lebih kecil. Maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR Ibnu Majah no 738).
Salah satu cara dalam memakmurkan masjid selain membangun dengan baik, merenovasi atau mendekorasi bangunannya. Yaitu bagaimana yang lebih utama adalah masjid dapat menjadikan semakin makmur untuk ibadah dan senantiasa hidup untuk dzikir kepada Allah melalui berbagai kegiatan.
Menjadikan masjid makmur, dalam konteks saat ini diperlukan manajemen yang baik dan rapi serta detail. Manajemen yang baik membuat sebuah organisasi maupun perusahaan bisa mencapai kesuksesan sesuai tujuannya. Manajemen masjid yang baik nantinya diharapkan masjid tersebut selain tempat ibadah yang nyaman, tentu mampu menjadi tempat kegiatan sosial dan amal yata bagi umat, yang dengan begitu akan jelas memudahkan para jamaah masjid dan merasa tentram, nyaman dan aman.
Terkait dengan hal tersebut manusia ketika memiliki ketenangan dan kenyamanan apalagi puncaknya ingin mendapatkan rahmat atau kasih sayang dari Allah, akan lebih nikmat lagi dalam menjalani kehidupannya. Orang yang seperti ini akan didapatkan jika dia memakmurkan masjid dengan belajar dan mencari ilmu di masjid itu dan membaca serta memahami kitab suci atau Al-Qur’an. Sebagaimana sabda Nabi:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Artinya: “Dan tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu dari beberapa masjid rumah turunnya rahmat Allah, seraya membaca dan bertadarus kitab-Nya di antara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan dan dipenuhi rahmat dan dikelilingi para malaikat, serta Allah menyebut mereka di antara orang yang dekat di sisi-Nya.” (HR Muslim).
Apalagi puncak kita adalah bagaimana kelak di akhirat mendapat keselamatan dari azab Allah. Karena Akhirat keniscayaan adanya. Manusia hanya bisa menolong dirinya sendiri dengan amal kebaikan yang telah dilakukan ketika hidup di dunia. Namun demikian, masih ada harapan petolongan selain diri sendiri adalah pertolongan atau syafaat dari Nabi Muhammad saw dan dari Allah swt. Salah satu bantuan Allah adalah diberikannya cahaya yang sempurna untuk orang orang tertentu. Orang yang akan diberikan cahaya sempurnya dalam kehidupan akhirat adalah orang-orang yang senang dan istikamah melakukan shalat berjamaah Maghrib, Isya, dan Subuh di masjid.
عن بُريدَة – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : بَشِّرُوا المَشَّائِينَ في الظُّلَمِ إلى المَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ القِيَامَةِ (رواه أبُو دَاوُدَ وَالتِّرمِذِيُّ)
’’Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan menuju masjid-masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada Hari Kiamat.” (HR Abu Daud, No 561; Tirmidzi, No 223. Al-Hafizh Abu Thahir).
Dalam banyak keterangan menjelaskan bahwa ada beberapa kelompok yang akan dilindungi atau mendapat pertolangan dari Allah pada hari kiamat nanti, di mana tidak ada pertolongan kecuali hanya pertolongan dari Allah, salah satunya adalah orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid-Nya. Ini menunjukan betapa penting dan luar biasa keutamaan memakmurkan masjid itu.
Oleh karena itu, kesadaran akan urgensinya memakmurkan masjid harus dimulai sedari awal, terutama bagi para remaja dan pemuda generasi melenial yang sekarang cenderung mengabaikan hal ini.
Kesadaran tersebut tentunya harus dimunculkan dari mereka melalui kegiatan-kegiatan dakwah, pengajian, dan majelis taklim. Kita patut juga berbangga bahwa masih banyak generasi dari lintas generasi yang hatinya terpaut dengan masjid. Seperti itulah rumah Allah yang seharusnya dipenuhi oleh jama’ah yang ingin dekat dengan Allah SWT.
Alangkah berkahnya bila masjid-masjid besar dan kecil yang ada, selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Sungguh, mungkin negeri ini akan jauh dari bencana, karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan umatnya. Dalam sebuah riwayat dari al-Dar al-Quthni dari Anas bin Malik, secara marfu’ disebutkan bahwa “jika Allah menghendaki untuk mengazab suatu kaum, lalu Dia melihat kepada ahli mesjid, maka Dia tangguhkan azab itu kepada kaum tersebut”.
Seperti apapun bentuknya, masjid harus dirawat dan ‘dihidupkan’ dengan memkmurkannya. Menggiatkan berbagai aktivitas keagamaan yang didasari semangat penghambaan kepada Allah swt. Ini akan menjadi central pemberdayaan dan pembinaan umat, yang pada akhirnya masjid tersebut akan memainkan fungsinya sebagai salah satu pilar umat terutama jadi fondasi yang kuat bagi faham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah.
Maka memakmurkan masjid bagi kaum muslimin, tentunya tidak hanya di bulan Ramadhan dan Jum’at saja, namun mengusahakannya di setiap waktu, terutama shalat fardhu. Dengan begitu berarti kita juga melatih diri untuk sholat tepat waktu, dengan berjama’ah atau bersama saudara seagama, dan semakin mempererat ukhuwah islamiyah atau persaudaraan dengan sesama saudara muslim. Dalam shalat berjama’ah tidak akan ada lagi perbedaan pangkat dan jabatan, kaya atau pun miskin. Kini sudah saatnya kita, baik anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua untuk memakmurkan masjid sebagai jalan menggapai keselamatan baik di dunia dan akhirat. ***
Ditulis dan dikutip dari berbagai sumber oleh redaksi