Bandung, berebeja.com – Peneliti senior Pusat Pengkajian dan Masyarakat Islam (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Didin Syafruddin menjelaskan penyebab tumbuhnya intoleransi di lingkungan pendidikan adalah kurangnya kekerabatan dan dialog antarsiswa yang berbeda latar belakang.
Menurut Didin, seperti di lansir berita Antara bisa mengakibatkan sesama siswa yang memiliki perbedaan, bisa melahikan kekhawatiran memiliki prasangka buruk dan akan canggung dalam menyikapi perbedaan.
“Lembaga pendidikan harus menjadi teladan dalam mempraktikkan pendidikan kemanusiaan dan budi pekerti. Pendidikan kemanusiaan yang efektif dalam mengubah perilaku ialah dengan menjadikan lembaga pendidikan itu sendiri sebagai teladan mempraktikkan pendidikan kemanusiaan,” kata Didin di Jakarta, Jumat, 05/05/2023 dikutip dari Antara.
Didin menilai tiap unsur yang terlibat di dalam lingkungan sekolah, seperti kepala sekolah, guru, petugas keamanan, petugas kebersihan, petugas kantin, baik laki maupun perempuan, harus saling memuliakan satu sama lain.
Menurut dia, semua unsur harus memperlakukan secara setara dan adil apa pun agama, suku, status ekonomi, warna kulit, dan lainnya.
Siswa harus ditanamkan pemikiran yang kritis serta mempraktikkan keterbukaan dan demokrasi serta pentinya menanamkan budi pekerti.
“Pendidikan budi pekerti masih kurang karena pelaksanaannya masih melalui ceramah atau pengajaran. Padahal, pendidikan budi pekerti memerlukan diskusi dan dialog terbuka kritis, pembiasaan, keteladanan, dan konsensus bersama melalui proses demokratis,” imbuhnya.**
Sumber : Antara
Creadit : Redaksi Berebeja